PERI BIRU DAN PANGERAN ALIK

Posted Sunday, December 29, 2013 by Heni Puwaningsih

 DRAMA ANAK



Karya : Heni Purwaningsih
2013


Bagian satu







Di suatu daerah nun jauh disana. Berdirilah sebuah kerajaan yang dikelilingi pohon hijau dan aneka bunga berwarna-warni. Kerjaan itu bernama Sukma Sari. Dikerjaan itu hiduplah aneka kupu-kupu cantik yang setiap hari saling beterbangan kesana kemari. Mereka bernyanyi dan menari sepanjang hari bersama Peri Biru, ratu mereka.
Suatu hari di kerajaan yang penuh dengan warna warni cantik dan harum aroma semerbak. Kerajaan Sukma Sari tengah mengadakan pesta madu.

Lili (kupu Merah)    : (mengepak-ngepakkan sayapnya) “ Wah. Sepertinya aku yang paling cantik di pesata ini.” (tersenyum puas )
Tita (Kupu hijau)     : “ Cantik? Muka kaya nenek sisir aja bangga.” (dengan nada sinis)
Chaca (kupu Kuning)    : “ Nenek Sihir Tita. Bukan sisir.”
Tita             : “ Oh iya itu maksudnya.” (tertawa ringan)
Lili    : (murung dan berkecak pinggang) “ Tapi kan masih cantikan aku daripada Putri Erren si moster buruk rupa.”
Tita    : “ Tapi dia baik. Walau emang menjijikan dekat-dekat dengannya. Aku bisa ikut-ikutan kena kadas urab.”
Chaca    : (menghela napas panjang) “ Kadas kurap Tita. Bukan urab. Ya ampun lidah kamu disekolahin dimana sih?” (kesal)
Tita    : (nyengir) “ Kan sekolahnya di SD Negeri Pesantunan 05, gurunya aja ganteng dan cantik-cantik. Kaya aku ini.”


Chaca    : “Gurunya pasti menyesal punya murid yang lidahnya sering kepleset kaya kamu.”
Tita    : (membulatkan matanya) “Apa kepelet?”
Chaca    : “ KE-PLE-SET, Tita. Selain lidah kamu eror, telinga kamu jadi ikut-ikutan bermasalah. Kenapa ngga dibawa ke rumah susun aja sih?” (Dengan nada tinggi)
Tita    : “Ha.. ha... ha.. lama-lama kamu juga ikutan eror kaya aku.”
Chaca    : “Apanya?”
Tita    : “Lah itu, kamu bilang rumah susun. Yang betulkan rumah dukun.”
Lili    : “AHHHHH udah berisik amat sih. Sama-sama gila ngga usah saling ejek. Tuh lihat Peri Biru sudah datang.”
Peri Biru nampak anggun memasuki panggung pesta.
Peri Biru    : (menurunkan sayapnya) “ Untuk seluruh rakyatku. Kalian tidak perlu cemas akan penyakit yang Putri Erren alami saat ini. Karena Putri Erren sudah saya suruh pergi jauh-jauh dari kerajaan kita. Maka dari itu saya akan mencari pengganti Putri Erren dikerajaan kita.”
Suara riuh tepuk tangan.
Lili    : (tersenyum puas dan mengangkat tangan kanannya keatas.” Saya Peri Biru. Saya disini yang paling cantik dan sempurna. Sayapku indah mengilap, wajahku cantik tidak kalah cantik dengan Putri Erren.”
Tita    : “Hust, main angkat tangan. Angkat tangan aja. Tes kesehatan dan kejiwaan dulu dong. Kan Lili terjangkit virus kegilaan dari Tita dan Chaca.”
Chaca    :  “Enak aja. Aku udah sembuh kemarin.”
Peri Biru    : (mencoba melerai) “ Sudah-sudah kalian tidak usah saling ribut. Kalian bertiga berhak mencalonkan diri menjadi pengganti putri Erren. Karena ini berlaku untuk semua kupu-kupu di kerajaan Sukma Sari.”
Di sudut lain Putri Erren tengah memperhatikan mereka dari kejauhan. Hatinya sangat sedih melihat kebahagiaan para kupu-kupu untuk merebutkan posisinya sebagai selir Peri Biru.
Purti Erren (kupu putih) : “Ya Tuhan. Kutukan apa yang tengah Hamba alami? Salahkah hamba?” (melihati sayapnya yang tidak lagi terlihat putih bersih dan mengkilap)
Di tengah kesedihan Putri Erren tiba-tiba satu kupu-kupu abu mendekatinya.
Icha    : “ Wahai Putri jangan bersedih hati. Engkau putri baik dan aku tidak rela seorang pun yang menggantikan Putri di samping Peri Biru.”
Putri Erren    : “Mengapa?”
Icha    : (mondar-mandir kebingungan) “ Jujur Putri, aku tahu siapa yang membuat putri menjadi seperti ini.”
Putri Erren     : (menatap tidak percaya) “ Siapa?”
Icha    : “ Lili kupu merah. Dia memang sudah mengincar kursi selir sejak dulu dan dia memberikan bubuk gatal pada kasur bunga milik Putri Erren malam itu. Aku melihatnya tapi aku tidak berani mendekat dan mencegahnya. Maafkan aku putri.”
Putri Erren    : “Sudahlah tidak apa. Aku hanya ingin sembuh dari penyakit aneh ini. Aku merindukan sayap indahku dulu.” (sedih)
Icha    : “Baiklah putri ikutlah bersamaku. Aku akan antarkan putri di sebuah tempat. Di sana ada satu bunga ajaib yang dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit. Dan aku yakin putri pasti sembuh.”
Putri Erren    : “Mengangguk.”
Mereka pun terbang ke sebuah lembah. Melewati hutan dan aliran sungai. Perjalanan mereka sangat panjang.

Bangian dua
Pangeran Alik tengah kebingungan melihat sang Ayah tergolek sakit. Penyakit aneh yang diderita oleh Ayahnya tidak kunjung menuai kesembuhan. Sudah banyak tabib yang berusaha menyembuhkannya tetapi tidak ada hasil. Hingga suatu hari ada seorang tabib berkata padanya bahwa ayah Pangeran dapat di sembuhkan dengan bunga lili yang tumbuh di kerajaan Sukma Sari. Bunga itu tidak pernah mati, selalu mekar dan menebar aroma yang begitu wangi.
Pangeran Alik    : “Odak Odik, kemari-lah.” (teriak Pangeran memanggil kedua prajurit yang selalu setia menemaninya kemana pun)
Odak Odik berlari tergepoh-gepoh.

Odak        : “I-iya, Pangeran.”
Pangeran Alik    : (berjalan mondar-mandir, kebingungan) “ Kalian tahu kemarin Tabib Husen mengatakan bahwa Ayahanda dapat sembuh hanya dengan bunga lili yang tumbuh di kerajaan Sukma Sari. Apakah kalian tahu dimana kerjaan itu berada?”
Odik    : (memandang Odak) “ Saya tahu, Pangeran. Kerjaan Sukma Sari adalah kerajaan yang indah dan harum. Disana hidup ribuan kupu-kupu dan seorang Peri. Bernama Peri Biru.
Odak        : “ Wah, saya mau pangeran ke sana. Kali saja dapat jodoh.”
Odik    : “Huuh, mana ada kupu-kupu yang mau sama kurcaci yang jarang mandi dan kekurangan gizi seperti kamu.”
Odak        : “Ya, namanya juga usaha.”
Pangeran Alik    : “Sudah-sudah. Besok kita mulai perjalanan menuju ke kerjaan Sukma Sari. Odak, Odik kalian siapkan semua bekal yang kita butuhkan untuk disana. Saya berjanji akan menemukan bunga itu untuk Ayahanda. Dan jika ada yang membantu saya menemukannya. Jika dia perempuan akan saya jadikan istri dan jika laki-laki akan saya jadikan saudara.”
Odak & Odik    : “Baik pangeran.”

Bagian Tiga
Di kerajaan Sukma Sari tengah mengadakan pemilihan pengganti selir Peri Biru. Semua berkumpul dan berbaris menunggu giliran untuk masuk dan mendapat beberapa tes kelayakan.
Kurcaci 1    : “Lili kupu Merah.” (panggilnya dengan suara lantang)
Lili    : (Merapikan baju dan sayapnya agar nampak indah dan sempurna) “ Iya saya.
    Duh ngga sabar deh. Kalau aku terpilih pasti akan sering bertemu dengan pangeran-pangeran tampan dari kerajaan lain saat mendampingi Peri Biru. Kali aja ada pangeran tampan yang mau menikah denganku.”
Kurcaci 2    : (tersenyum) “ Dengan saya saja nona. Saya juga tampan, yah walau agak kurang tinggi.”
Lili    : “ Ih, maaf-maaf saja yah.” (berjalan pergi)
Tidak beberapa lama
Kurcaci 2    : “ Chaca kupu kuning.” (Panggilnya dengan suara lantang)
Chaca    : “ Saya, saya pak kurcaci.”
Kurcaci 1    : “ Silahkan masuk.”
Kurcaci 2    : “ Berikutnya Tita Kupu hijau.”
Tita    : “Haduh, saya abang kurcaci.” (muka bahagia )
Kurcaci 2    : “ Abang? Abang tukang bakso.”
Kurcaci 1    : “ Bukan, maksudnya mungkin abang tukang ngaco.”
Tita    : “ Ih tau aja deh. Kalau aku ini emang cocok jadi selir Peri biru.”
Kurcaci 2    : (bingung) “ Bukan cocok mba? Jauh amat telinganya ngedengerin apa yang aku ucapkan. Maksudnya bakso.”
Tita    : “Oh Mbak So? Tukang masak istana itu? Wahhh itu mah Mbak yang paling suka.”
Kurcaci 1    : (garuk-garuk kepala) “ yaudah sana masuk buat pusing aja)

 Bagian Empat
Pangeran Alik, dan kedua prajuritnya sudah tiga hari melakukan perjalanan menujun kerajaan Sukma Sari.
Odak        : “Pangeran, kita istirahat saja disini. Capek.”
Odik        : “ Iya pangeran.”
Pangeran Alik    : “ Baiklah. Tapi apa kalian tidak takut beristirahat ditengah hutan?”
Odak & Odik    : (Saling berpandangan)
Odik    : “ Tidak apa pangeran. Kalau ada Barongan kelaparan lempar saja Odak pasti sekali lempar langsung kenyang. Dia kan gendut.”
Odak        : “Enak saja. Aku ngga mau mati dulu. Karena belum kawin.”
Odik        : “ Saya juga pangeran.”
Pangeran Alik    : “ Ya udah. Nanti kita lawan sama-sama saja. Odak dulu baru Odik. Kalau kalian tidak sanggup biar saya yang menuntaskannya.”
Odak & Odik    : “ Baik Pangeran.”
Pangeran Alik    : “ Oke, sekarang kita tidur.”
Ditengah kelelapan mereka melepas lelah. Tiba-tiba seekor Barongan kelaparan mendekat.
Barongan    : “Auuuuuu, Auuuuu. Aku lapar. Aku lapar.”
Odak        : “Awas Pangeran ada Barongan kelaparan.”
Pangeran Alik    : (Bangun dari tidur) “ Kamu maju Odak.”
Odak        : “Tidak mau pangeran. Odik saja dulu.”
Odik        : “ Enak saja. Kan kamu yang badannya paling besar.”

Odik maju melawan Barongan itu.
Barongan    : “Ho ho ho ho, mangsa besar. Ha ha ha ha...”
Odak        : “Hai, Barongan jelek. Akulah tandinganmu.”
Mereka akhirnya bertarung namun Odak kalah. Ia tersungkur.
Barongan    : “ Ho ho ho ho, siapa lagi yang ingin maju?”
Odik        : “ Hai, Barongan kelaparan. Walau aku kecil dan kamu besar namun jangan senang dulu. Aku lah tandinganmu.”
Mereka bertarung dan Odik-pun bernasib sama seperti Odak. Ia kalah dan tersungkur.
Barongan    : “Ho ho ho ho. Tinggal kau pangeran.”
Pangeran Alik    : “ Jangan sombong dulu kau Barongan. Aku lah lawanmu.”
Barongan    : “ Ho ho ho ho. Aku lapar aku lapar.”
Pangeran Alik    : “ Ini Roti, makan lah.” (Pangeran menjulukan potongan roti unuk Barongan)
Barongan    : “ Terimakasi- terimakasih”
Odik        : “ Wah, dasar Barongannya dari Belanda apa yah? Masa doyan sama roti.”
Odak        : “ Iya, bukankah Barongan sukanya sama uang?”
Pangeran Alik    : “ Itu namanya Barongan gaul.” (Pangeran tertawa)
Barongan    : “Ho ho ho lagi-lagi.”
Pangeran Alik    : (Melempar sepotong roti kembali) “ Oke tangkap lah ini dan pergilah.”

Bagian Lima    Hari-hari putri Erren lalu seorang diri. Kini penyakitnya sudah mulai perlahan sembuh. Berkat bunga lili yang ajaib itu. Bunga itu tidak pernah mati walau musim kemarau melanda. Bunga itu tetap harum dan indah. Putih bersih, melambangkan kesucian.
    Hingga suatu hari ketika Putri Erren tengah berdendang riang sembari menyisir rambutnya. Ada tiga orang mendekat ke arah rumah kecilnya.
Pangeran Alik        : “Permisi” (Teriaknya)
Putri Erren        : (berjalan membukakan pintu) “ Iya.”
Odak & Odik        : “Wah cantiknya.”
Odak            : “Wahai Putri cantik siapa namamu? Kok bisa ada di tengah hutan?”
Putri Erren         : (tersenyum) “ Ceritanya panjang. Aku Putri Erren.”
Odik            : “Saya Odik.” (memperkenalkan diri)
Odak            : “Saya Odak. Ini pangeran Alik.”
Odik    : “ Kami tengah mencari bunga lili ajaib yang ada di hutan ini. Apakah Putri Erren mengetahuinya?”
Putri Erren    : (mengangguk) “Untuk apa?”
Pangeran Alik    : “ Untuk Ayah saya putri. Beliau terserang penyakit yang sangat parah dan menurut tabib Husen. Ayahanda dapat sembuh dengan bunga lili itu.”
Putri Erren    : “Okey. Mari saya tunjukkan dimana bunga itu.”
Mereka berjalan ke halaman belakang rumah. Dan putri Erren memetikkan bunga lili itu untuk pangeran Alik.
Pangeran Alik    : “ Terimakasih Putri cantik.”
Putri Erren    : “Sama-sama.” (merundukkan kepalanya)
Pangeran Alik    : “ Putri penduduk kerajaan Sukma Sari?”
Putri Erren    : “ Iya. Tapi saya tengah diasingkan karena penyakit aneh yang saya derita. Saya ingin pulang kesana.”
Pangeran Alik    : “Baiklah akan saya antar putri pulang ke kerajaan sebagai balasan atas budi baik putri.”
Putri Erren    : “Benarkah? Terimakasih.”

Bagian Enam
Mereka berempat berjalan menyusuri hujan menuju Kerajaan Sukma Sari. Sesampainya di istana mereka disambut dengan ramah. Namun tatapan mereka tertuju pada putri Erren yang berubah menjadi putri yang sangat cantik. Dan dengan diiringi oleh pangeran tampan.
Peri Biru        : “Putri Erren?” ( Kaget)
Putri Erren        : (berlari dan memeluk Peri) “ Iya, Peri. Ini aku. Aku sudah sembuh.”
Peri Biru        : “Syukurlah. Siapa mereka?”
Putri Erren    : “Oh mereka datang dari kerajaan sebrang Peri. Itu pangeran Alik, kedua kurcaci yang mendampingi bernama Odak dan Odik.”
Pangeran Alik    : “Maaf Peri biru. Tanpa mengurangi rasa hormat. Maafkan kelancangan kami datang ke kerajaan indah ini.”
Peri Biru    : “Tentu saja tidak.”
Pangeran Alik    : “ Peri. Saya mohon ijin untuk membawa pergi Putri Erren. Saya akan menikahinya.”
Putri Erren    : (Bingung) “ Menikah?”
Pangeran Alik    : “ Iya Putri. Aku akan menikahi mu. Maukah kau menikah denganku?”
Putri Erren    : “Tentu saja, Pangeran.”

Akhirnya putri Erren hidup bahagia bersama Pangeran Alik. Sedangkan Lili, di tahan karena perbuatannya yang buruk.
Sekian drama dari kami. Kesimpulan dari drama ini adalah, apa yang kita tanam itulah buah yang akan kita petik.
Jika menanamkan kebaikan maka kebaikanlah yang akan kita dapatkan. Tetapi kalau keburukan yang kita tanam maka keburukan itu yang akan kita dapat kelak.
TAMAT...................................................

0 comments:

Post a Comment

Comments